fbpx
Drainase Ramah Lingkungan untuk Kawasan Wisata

Kawasan wisata sering kali berada di lokasi-lokasi dengan kekayaan alam yang tinggi seperti pegunungan, pantai, dan hutan tropis. Namun demikian, pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata seperti penginapan, jalan, dan fasilitas umum sering menimbulkan perubahan tata air dan berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Untuk itu, penerapan sistem drainase ramah lingkungan menjadi solusi penting yang mendukung pariwisata berkelanjutan. Industri


Apa Itu Drainase Ramah Lingkungan?

Drainase ramah lingkungan adalah sistem pengelolaan air hujan yang dirancang untuk meniru proses alami siklus air, seperti peresapan dan penguapan, guna mengurangi limpasan air dan mencegah erosi atau banjir. Sistem ini tidak hanya berfungsi mengalirkan air, tetapi juga memperhatikan konservasi tanah, air, dan vegetasi lokal.


Mengapa Drainase Ramah Lingkungan Dibutuhkan di Kawasan Wisata?

1. Mencegah Banjir dan Genangan Air

Air hujan yang tidak tertangani dengan baik dapat menggenangi jalur wisata, area parkir, atau zona konservasi, yang tentu saja mengganggu kenyamanan dan keamanan wisatawan.

2. Melindungi Ekosistem Lokal

Berbeda dari saluran beton konvensional, sistem ini mendukung infiltrasi air ke tanah dan menjaga kelembaban alami, yang sangat penting untuk ekosistem sekitar.

3. Memperkuat Citra Pariwisata Berkelanjutan

Penerapan sistem hijau mencerminkan komitmen kawasan wisata terhadap lingkungan, meningkatkan nilai tambah dan daya tarik kawasan bagi wisatawan yang peduli lingkungan.


Komponen dan Contoh Sistem Drainase Ramah Lingkungan

Beberapa bentuk sistem yang dapat diterapkan, antara lain:

  • Biopori: Lubang resapan vertikal untuk meningkatkan peresapan air ke tanah.
  • Sumur Resapan: Menampung dan mengalirkan air ke lapisan tanah dalam.
  • Saluran Tanpa Beton (open ditch): Saluran tanah berumput yang menyerap air sekaligus mengurangi kecepatan aliran.
  • Rain Garden: Taman cekung yang dirancang menyerap limpasan dari atap dan jalan setapak.
  • Perkerasan Berpori (porous pavement): Jalan atau trotoar yang dapat menyerap air hujan.

Studi Kasus Singkat

Di beberapa taman nasional di Indonesia, seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, telah mulai diterapkan drainase semi-alami berupa saluran bervegetasi dan jalur infiltrasi. Hasilnya, terjadi penurunan signifikan erosi tanah dan tidak ada lagi genangan air yang merusak jalur trekking.


Tantangan dan Solusi

Namun demikian, penerapan sistem ini tidak lepas dari tantangan seperti:

  • Kurangnya pemahaman teknis di kalangan pengelola wisata.
  • Keterbatasan anggaran untuk membangun sistem yang kompleks.
  • Minimnya regulasi lokal yang mengatur drainase berkelanjutan.

Solusinya, diperlukan pelatihan teknis, pengembangan desain berbasis lokal (low-cost green design), serta kolaborasi antara pemerintah, pengelola kawasan, dan masyarakat.


Penutup

Kesimpulannya, sistem drainase ramah lingkungan merupakan investasi penting dalam pengelolaan kawasan wisata yang ingin tetap lestari dan nyaman dikunjungi. Dengan menerapkan pendekatan ini, pengelola tidak hanya menjaga fungsi hidrologis kawasan, tetapi juga mendorong terciptanya pariwisata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *