Kesalahan Umum dalam Drainase
Genangan air yang sering terjadi di jalan, permukiman, hingga kawasan komersial adalah masalah klasik di banyak daerah, terutama saat musim hujan tiba. Meski terlihat sederhana, sistem drainase yang buruk sering kali menjadi akar dari permasalahan ini. Sayangnya, banyak kesalahan umum dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan drainase yang justru memperburuk kondisi genangan air.
Artikel ini akan membahas kesalahan-kesalahan umum dalam sistem drainase yang sering memicu genangan, serta cara menghindarinya.
1. Desain Tidak Sesuai Kapasitas Debit Air
Masalah:
Drainase dirancang dengan dimensi yang tidak mampu menampung debit air saat hujan lebat, terutama jika ada perubahan penggunaan lahan (misalnya, dari tanah kosong menjadi bangunan).
Dampak:
Air meluap ke permukaan jalan atau permukiman karena saluran tidak mampu menampung volume air yang meningkat.
Solusi:
Perhitungan hidrologi dan hidrolika harus disesuaikan dengan data curah hujan terkini dan kondisi topografi. Gunakan model simulasi untuk merancang kapasitas saluran secara akurat.
2. Kemiringan Saluran Tidak Sesuai
Masalah:
Saluran air memiliki kemiringan (slope) terlalu landai atau bahkan mendatar, sehingga aliran air tersendat.
Dampak:
Air menggenang dalam saluran, memicu endapan lumpur dan menyebabkan penyumbatan.
Solusi:
Pastikan kemiringan saluran cukup untuk mengalirkan air dengan lancar. Perhitungkan elevasi awal dan akhir saluran secara detail.
3. Tidak Tersedianya Saluran Penghubung
Masalah:
Tidak ada koneksi antar saluran primer, sekunder, dan tersier. Beberapa saluran berakhir di tempat yang tidak jelas (saluran mati).
Dampak:
Air dari satu wilayah tidak bisa disalurkan ke saluran utama, menyebabkan genangan lokal.
Solusi:
Rancang sistem drainase secara terpadu, dari hulu ke hilir. Semua saluran harus terhubung ke jaringan drainase utama atau badan air (sungai, danau, dsb).
4. Kurangnya Perawatan dan Pembersihan
Masalah:
Sampah, lumpur, dan material lain menumpuk di dalam saluran karena tidak ada pemeliharaan rutin.
Dampak:
Penyumbatan saluran menyebabkan air meluap dan menggenang di permukaan.
Solusi:
Buat jadwal rutin pembersihan saluran oleh dinas terkait atau melibatkan partisipasi masyarakat setempat.
5. Bangunan Menutup Saluran atau Daerah Resapan
Masalah:
Banyak bangunan, trotoar, atau jalan dibangun tanpa memperhatikan keberadaan saluran atau daerah resapan.
Dampak:
Air kehilangan jalur alir dan area resapan, sehingga mudah menggenang di permukaan.
Solusi:
Penegakan aturan garis sempadan saluran dan larangan membangun di atas saluran harus dilakukan secara tegas. Terapkan konsep drainase berwawasan lingkungan, seperti sumur resapan atau biopori.
6. Tingginya Persentase Permukaan Kedap Air
Masalah:
Permukaan lahan yang dipenuhi aspal dan beton menyebabkan air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah.
Dampak:
Seluruh air hujan mengalir ke saluran drainase dan meningkatkan beban secara drastis.
Solusi:
Gunakan bahan paving yang berpori atau tanam lebih banyak vegetasi untuk meningkatkan kemampuan infiltrasi air.
7. Tidak Ada Sistem Drainase Darurat
Masalah:
Dalam situasi hujan ekstrem, sistem utama tidak mampu mengalirkan air lebih cepat, dan tidak ada sistem cadangan.
Dampak:
Air hujan tertahan terlalu lama, menyebabkan genangan serius.
Solusi:
Desain sistem overflow atau sumur infiltrasi darurat yang aktif saat debit air melebihi kapasitas normal.
Penutup
Genangan air bukan hanya soal curah hujan tinggi. Banyak terjadi karena kesalahan teknis dan kurangnya pengelolaan pada sistem drainase. Dengan perencanaan yang matang, pemeliharaan berkala, dan partisipasi masyarakat serta pemerintah, genangan bisa dicegah. industri
Drainase yang baik bukan sekadar saluran air tetapi sistem cerdas yang menyatu dengan lingkungan dan kebutuhan manusia.
No responses yet