0LOGO PT DNA TRANSPARANT KECIL
0%
Membangun Kota Tahan Banjir Melalui Sistem Drainase Berkelanjutan

Membangun Kota Tahan Banjir Melalui Sistem Drainase Berkelanjutan

Pendahuluan

Perubahan iklim dan pesatnya urbanisasi telah meningkatkan risiko banjir di banyak kota, termasuk di Indonesia. Banjir tidak lagi hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi, tetapi juga akibat tata kelola air hujan yang buruk dan sistem drainase yang tidak memadai. Untuk itu, sistem drainase berkelanjutan menjadi kunci penting dalam membangun kota yang lebih tahan terhadap banjir.

Apa Itu Sistem Drainase Berkelanjutan?

Drainase berkelanjutan adalah pendekatan pengelolaan air hujan yang meniru proses alami dalam menyerap, menyimpan, dan melepaskan air secara perlahan. Tujuannya bukan hanya membuang air secepat mungkin, tetapi mengelolanya secara bijak dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan.

Beberapa prinsip utama drainase berkelanjutan meliputi:

  • Infiltrasi dan retensi air melalui taman resapan, sumur biopori, dan lahan terbuka hijau.
  • Pengendapan dan penyaringan melalui kolam retensi, kanal alami, dan vegetasi air.
  • Pengurangan aliran limpasan melalui penggunaan material permukaan berpori dan desain kawasan yang ramah air.

Manfaat Sistem Drainase Berkelanjutan

  1. Mengurangi Risiko Banjir: Dengan menyerap air hujan di titik awal, tekanan terhadap saluran drainase konvensional berkurang.
  2. Memperbaiki Kualitas Air: Air hujan yang tersaring secara alami akan mengurangi pencemaran sungai dan laut.
  3. Meningkatkan Estetika Kota: Elemen seperti kolam retensi dan taman hujan juga berfungsi sebagai ruang publik hijau.
  4. Mengisi Kembali Air Tanah: Infiltrasi air hujan membantu menjaga ketersediaan air tanah.

Tantangan Implementasi

Meskipun konsepnya menjanjikan, penerapan drainase berkelanjutan menghadapi berbagai tantangan, antara lain:

  • Kurangnya peraturan teknis yang mendetail untuk diterapkan di tingkat kota/kabupaten.
  • Minimnya kesadaran masyarakat dan pemangku kepentingan terhadap pentingnya sistem ini.
  • Terbatasnya ruang terbuka hijau akibat pembangunan masif.
  • Ketergantungan pada sistem drainase konvensional yang mengutamakan saluran tertutup dan pembuangan cepat.

Studi Kasus: Kota-Kota yang Berhasil
Beberapa kota di dunia telah menerapkan sistem ini dengan hasil yang baik. Misalnya:

  • Singapura dengan proyek ABC Waters yang menyulap kanal beton menjadi taman air multifungsi.
  • Rotterdam (Belanda) dengan sistem blue-green infrastructure yang terintegrasi dalam perencanaan kota.

Rekomendasi untuk Indonesia
Untuk mewujudkan sistem drainase berkelanjutan, diperlukan:

  • Revisi kebijakan drainase nasional dengan memasukkan pendekatan berbasis ekosistem.
  • Integrasi dengan RTRW dan RDTR agar sistem ini masuk dalam perencanaan tata ruang.
  • Peningkatan kapasitas SDM daerah dalam merancang dan mengelola infrastruktur hijau.
  • Kolaborasi lintas sektor, termasuk sektor swasta dan masyarakat, dalam pemeliharaan ruang resapan air.

Penutup
Drainase bukan sekadar urusan teknis saluran air, melainkan bagian dari strategi besar menciptakan kota yang adaptif terhadap perubahan iklim. Dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan, kita tidak hanya mencegah banjir, tetapi juga memperkuat fondasi ekologis dan sosial kota untuk masa depan.

Jika anda tertarik dengan drainase bisa kunjungi website kami dengan cara klik disini!

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *