fbpx

Saluran drainase untuk menangani masalah banjir adalah salah satu permasalahan yang sering dihadapi kota besar terutama di indonesia. Kita seringkali merasakan bagaimana air sangat langka pada saat musim kemarau, akan tetapi akan terjadi banjir pada musim hujan. Hal ini berhubungan dengan tertutupnya lahan penyerapan air seperti gedung, jalan, dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya. Selain itu, konsep saluran drainase terbagi menjadi 2 konsep yaitu drainase konvensional dan drainase berwawasan lingkungan (Eco-drainage).

Konsep Saluran Drainase untuk Menangani Masalah Banjir

Drainase Konvesional

Konsep pada drainase konvensional merupakan air limpasan hujan yang masuk ke dalam drainase secepatnya harus dibuang atau dialirkan ke sungai tanpa meresapkan air ke dalam tanah. Konsep ini jika terus diterapkan maka akan berdampak negatif pada kondisi sungai. Dan akan terjadi penurunan tinggi muka air tanah (Maryono, 2007).

Drainase berwawasan lingkungan (Eco-drainage).

Eco-Drainage atau drainase berwawasan lingkungan merupakan usulan pada tahun 2001 oleh Dr. Ing. Ir. Agus Maryono dengan judul Pembangunan Sungai: Menanggulangi Banjir dan Kerusakan Lingkungan Wilayah Sungai. Drainase berwawasan lingkungan (Eco drainage) merupakan upaya untuk meresapkan air limpasan hujan sebanyak banyaknya ke dalam tanah. Selain itu pada konsep ini bertujuan untuk menjaga konservasi air tanah dan meningkatkan cadangan air pada tanah. (Maryono, 2001)

Banjir merupakan kata yang sangat populer di Indonesia, khususnya pada musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai saat ini belum terselesaikan, bahkan cenderung meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.

Permasalahn banjir di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk yang sangat cepat, di atas rata-rata pertumbuhan nasional, akibat urbanisasi, baik migrasi musiman maupun permanen. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan lahan perkotaan menjadi acak-acakan (semrawut). Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah yang menyebabkan persoaalan drainase di perkotaan menjadi sangat kompleks. Hal ini barangkali juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan masih acuh tak acuh terhadap penting dan perlunya memecahkan permasalahan yang dihadapi kota. Sebagian besar masyarakat masih terfokus pada permasalahan yang lebih penting dan mendesak, yaitu pemenuhan
kebutuhan primer. Selain itu, masih belum mengakarnya kesadaran terhadap hukum, perundangan dan kaidah-kaidah yang berlaku. Belum konsistennya pelaksanaan hukum menambah komplek masalah yang di hadapi kota-kota Indonesia.

PT DNA MITRA TEKNIK

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *